Hai, sudah lama sekali kita tak berjumpa.
Apa kabarmu disana?
Baikkah kabarmu?
Aku masih mengkhawatirkan keadaanmu.
Aku mengenal benar siapa kekasihmu saat ini
Dia kawanku. Dahulu. Sebelum dia merebutmu dariku.
Sehatkah hatimu?
Perasaanku sedang gundah memikirkanmu.
Ya, aku memikirkanmu setelah melihat dirinya; kekasihmu, sedang bersama lelaki lain dan itu tentu bukan dirimu.
Mesra sekali, sama mesranya seperti awal hubunganmu bersamanya.
Kau tahu, melihat apa yang sudah kulihat darahku rasanya mengalir deras.
Merasakan perasaan antara senang dan sedih.
Kesenanganku tak lain karena sudah melihatnya bersama lelaki selain dirimu, mereka bermesraan dan pasti saja kalian akan secepatnya berpisah.
Tetapi disisi lain aku sedih mengingat bahwa itulah yang kau lakukan padaku dahulu bersamanya.
Kau pergi dengan dia yang kau tahu betul bahwa dia adalah sahabatku.
Rasanya sekarang ingin sekali aku menemuimu untuk sekedar berkata "It's oke, everything will be okay."
Tapi aku takut, takut melihat mata sendumu itu.
Mata menahan perasaan malu, penyesalan yang mendalam, terutama pada mata memohonmu untuk dimaafkan dan memintaku untuk kembali bersamamu.
Aku ingin sekali kembali denganmu sebenarnya karena hatiku masih terpaut padamu sampai detik ini.
Tetapi ada satu hal yang benar-benar kujaga selalu.
Yaitu untuk tetap menghargai diriku sendiri.
Kau selalu datang padaku saat kau bertengkar dengannya saja.
Lalu kau kembali pergi saat sudah berbaikan dengannya.
Aku memang mencintaimu namun aku lebih mencintai diriku sendiri saat ini.
Aku tak akan pernah membiarkan diriku terluka berkali-kali untuk hal yang sama, dengan orang yang sama pula.
Tenanglah...
Anggap saja semua yang sedang terjadi pada dirimu saat ini adalah buah dari apa yang pernah kau tanam padaku, pada seorang perempuan yang punya cinta luar biasa untukmu.
Aku sudah memaafkanmu.
Semoga kau juga bisa memaafkan dirinya...